Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter BI Juda Agung mengatakan, tiga kebijakan tersebut adalah, memperkuat pengelolaan likuiditas Rupiah di pasar uang. Kedua, memperkuat pengelolaan suplai dan demand valas, ketiga memperkuat kecukupan cadangan devisa.
"Sumber tekanan berasal dari pertumbuhan ekonomi global tidak sebaik perkiraan, pasar global diliputi ketidakpastian dengan berlanjutnya ketidakpastian kapan Fed Rate naik dan terakhie devaluasi yuan," kata Juda di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (20/8/2015).
Juda menuturkan, tantangan eksternal berdampak pada tekanan nilai tukar Rupiah yang selanjutnya mengganggu stabilitas makroekonomi yang sampai saat ini masih terjaga.
"Perkembangan terakhir menunjukan seluruh mata uang dunia, termasuk Rupiah mengalami tekanan depresiasi," tambahnya.
Oleh karena itu, kata Juda, Bank Indonesia menempuh berbagai langkah kebijakan dalam menjaga stabilitas perekonomian, termasuk stabilitas nilai tukar dengan tetap menjada momentum pertumbuhan ekonomi.
Pertama, dengan menempuh kebijakan moneter yang tepap prident dan konsisten, kedua menerapkan kebijakan makroprudensial yang akomodatif guna memberikan stimulus kredit dan menjada momentum pertumbuhan, dan ketiga mendorong perecpatan reformasi struktural.
"Termasuk upaya melanjutkan pendalaman pasar keuangan dan meningkatkan efisiensi sistem pembayaran," tandasnya.
Baca Juga: instalasi-interactivity-gaungkan-keselarasan-dalam-pameran-arch-id-2024
Follow Berita Okezone di Google News
Dapatkan berita up to date dengan semua berita terkini dari Okezone hanya dengan satu akun di ORION, daftar sekarang dengan klik disini dan nantikan kejutan menarik lainnya
(rzk)